Fakta.id

Apa Itu Jainisme dan Sejarahnya

Tinton Obot - 10-05-2023 06:13
Apa Itu Jainisme dan Sejarahnya
Apa Itu Jainisme dan Sejarahnya

Kali ini Fakta.id akan membahas tentang apa itu agama Jainisme dan juga sejarahnya.

Contents [ Buka ]

Jainisme, sebuah agama kuno yang memiliki akar yang dalam di India, telah memberikan kontribusi yang berharga terhadap pemahaman kita tentang kehidupan, etika, dan jalan menuju kedamaian dalam jiwa. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi ajaran-ajaran Jainisme yang mengagumkan dan mempelajari bagaimana nilai-nilai agama ini dapat membimbing kita dalam hidup yang penuh makna.

Apa itu Jainisme?

Apa itu Jainisme?
Apa itu Jainisme?

Jainisme adalah agama kuno yang berasal dari India dan didirikan oleh Tirthankara Mahavira sekitar abad ke-6 SM. Jainisme mengajarkan prinsip-prinsip etika yang meliputi ahimsa (tidak melukai makhluk hidup), satya (kebenaran), asteya (tidak mencuri), brahmacharya (pengendalian diri), dan aparigraha (tidak serakah). Penganut Jainisme berusaha mencapai pembebasan spiritual (moksha) melalui pengetahuan, meditasi, dan praktik-praktik yang membantu mengendalikan nafsu dan keinginan duniawi. Jainisme juga menghargai kehidupan alam dan menjunjung tinggi nilai keseimbangan ekologis. Agama ini memiliki pengikut di India dan beberapa negara lain di dunia.

Sejarah Jainisme

Sejarah Jainisme
Sejarah Jainisme

Sejarah Jainisme dimulai pada zaman kuno di India sekitar abad ke-6 SM. Agama ini didirikan oleh seorang pemimpin spiritual bernama Tirthankara Mahavira, yang dianggap sebagai figur sentral dalam tradisi Jainisme.

Meskipun Jainisme dipandang sebagai agama yang lebih tua, sebelum kedatangan Mahavira, ada pula para Tirthankara sebelumnya yang dihormati sebagai pendiri-pendiri agama Jainisme. Dalam tradisi Jain, terdapat total 24 Tirthankara, termasuk Mahavira.

Mahavira lahir dalam keluarga bangsawan di kota Vaishali, yang saat itu adalah bagian dari kerajaan Magadha. Pada usia 30 tahun, setelah mengalami kehidupan duniawi yang sukses, Mahavira meninggalkan semua harta benda dan status sosialnya untuk mencari pemahaman spiritual yang mendalam. Dia mengabdikan dirinya pada meditasi, refleksi, dan praktik asketis, dengan tujuan mencapai kebebasan spiritual dan pembebasan dari siklus kelahiran dan kematian (samsara).

Mahavira mengajarkan prinsip-prinsip utama Jainisme seperti ahimsa (tidak melukai makhluk hidup), kebenaran, tidak mencuri, pengendalian diri, dan ketidakserakahan. Ajaran-ajaran ini menekankan pentingnya etika, pembersihan spiritual, dan kehidupan yang sederhana.

Setelah wafatnya Mahavira, ajaran Jainisme terus berkembang di India. Jainisme memiliki berbagai sekte dan aliran yang berbeda, termasuk Svetambara dan Digambara. Para pengikut Jainisme berusaha menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran-ajaran agama mereka, dengan fokus pada pengendalian diri, meditasi, dan kebajikan.

Hingga saat ini, Jainisme tetap menjadi salah satu agama yang signifikan di India. Paham Jainisme juga menyebar ke beberapa negara lain di dunia, di mana komunitas Jain yang kuat dapat ditemukan. Jainisme dianggap sebagai agama yang menghargai kehidupan, keseimbangan ekologis, dan pengabdian pada jalan kebijaksanaan spiritual.

Sekte-sekte di Jainisme

Sekte-sekte di Jainisme
Sekte-sekte di Jainisme

Dalam Jainisme, terdapat dua sekte utama yang dikenal sebagai Svetambara dan Digambara. Berikut adalah penjelasan singkat tentang kedua sekte tersebut:

1. Svetambara

Svetambara berarti "pakaian putih" dalam bahasa Sanskerta, merujuk pada pakaian putih yang dikenakan oleh para biarawan Svetambara. Penganut sekte Svetambara meyakini bahwa pria dan wanita dapat mencapai kebebasan spiritual (moksha). Mereka juga memperbolehkan penggunaan pakaian, alas kaki, dan alat-alat lain dalam kehidupan sehari-hari. Kitab-kitab suci Svetambara, seperti Agama Agamanya dan Tatkara Mimamsa, dianggap sebagai panduan penting dalam kehidupan keagamaan mereka.

2. Digambara

Digambara berarti "tanpa pakaian" dalam bahasa Sanskerta, mengacu pada praktik para biarawan Digambara yang melepaskan semua pakaian dan hidup tanpa properti pribadi. Penganut sekte Digambara percaya bahwa hanya pria yang dapat mencapai kebebasan spiritual (moksha). Para biarawan Digambara berpakaian hanya dengan debu atau udara sebagai tanda pengabdian dan pengekangan terhadap dunia materi. Kitab-kitab suci Digambara meliputi terjemahan-terjemahan kitab Jainisme yang lebih kuno.

Meskipun terdapat perbedaan dalam praktik-praktik sehari-hari dan keyakinan antara kedua sekte ini, baik Svetambara maupun Digambara memegang prinsip-prinsip Jainisme yang mendasar seperti ahimsa, kebenaran, dan etika lainnya. Keduanya merupakan bagian penting dari warisan Jainisme dan memiliki peran dalam mempertahankan dan menyebarkan ajaran-ajaran agama ini.

Editor: Jinan Vania Barizky